Hasil UN Anjlok

PENGUMUMAN kelulusan siswa SMP dan SMA/SMAK disambut gerutuan dan cemoohan dari orang tua murid yang putra-putrinya diketahui gagal melewati standar angka yang telah ditetapkan secara nasional untuk mendapat predikat lulus. Raut kecewa sangat kentara, khususnya di sekolah yang jumlah siswa tidak lulus mencapai separuhnya.

"Kita sendiri tidak bisa berbuat apa-apa karena banyak faktor yang memengaruhi, tetapi jelas masalah ini menjadi perhatian khusus dan koreksi," kata Kepala Sekolah PGRI 1 Subang, Drs. H. Kusbini, M.Si. usai mengadakan pertemuan dengan orang tua siswa, sekaligus mengumumkan kelulusan di sekolahnya, Senin (16/6). Jumlah siswa yang tidak lulus memang mengejutkan mencapai 258 siswa dari 494 peserta atau 52,3%.

Hasil tersebut memang sangat mengejutkan karena lembaga itu jauh sebelum pelaksanaan UN sudah melakukan persiapan maksimal seperti mengadakan pelatihan dan pengayaan hingga dua kali agar siswanya dapat lulus. Pada saat persiapan tersebut, hasil uji coba cukup memuaskan, mencapai 97%. Bertolak dari angka itu, sekolah menargetkan untuk UN bisa 100%.

Jumlah peserta UN di Kabubaten Subang pada tahun 2008 ini untuk SMA/SMK berjumlah 8.648. Dari jumlah itu, siswa secara keseluruhan yang tidak lulus sebanyak 327 orang dan terbanyak dari siswa SMA 286 orang, sedangkan yang berasal dari SMK hanya 41 orang dari 3.566 siswa.

Kepala Dinas Pendidikan Kab. Subang, H.Makmur Sutisna W.D., M.M.Pd. yang dihubungi Selasa (17/6) mengatakan, secara persentase jumlah kelulusan untuk tingkat SMA mencapai 94,37% dari jumlah seluruh siswa yang ikut UN sebanyak 5.082 orang, sedangkan SMK mencapai 98,88%,

Hasil yang kurang menggembirakan terjadi pula di tingkat SMP karena angka kelulusannya menurun dibandingkan tahun sebelumnya, 2007. Sebagaimana dikatakan oleh Kasubdin SMP Diknas Subang, Drs. H. Suwarna, M.M.Pd. yang dihubungi Sabtu (21/6), dari jumlah peserta UN 16.894 yang tidak lulus sebanyak 129 orang atau 0,76%. Sementara data kelulusan tahun lalu menunjukkan, siswa SMP yang gagal melewati batas kelulusan sebesar 0,66 %, yaitu 105 orang. "Jumlah ketidaklulusan ini tidak termasuk dari tsanawiyah," kata H. Suwarna.

Cambuk dinas

Ketua Forum Aspirasi Guru Indonesia (FAGI) Kab. Subang, Edi Sugandi, S.Pd. yang dihubungi terpisah, Sabtu (21/6), mengatakan, peningkatan siswa yang tidak lulus akibat terlalu cepatnya pemerintah menambah jumlah mata pelajaran. Di Subang saja tidak sedikit para guru mengeluhkan ketidaksiapan siswa sehingga jauh sebelum pelaksanaan UN diadakan pengayaan dan berbagai upaya agar siswa mampu menyelesaikan soal-soal.

Begitu pelaksanaan, perasaan ragu, dan stres masih mendera sebagian peserta UN, terlebih ditambah dengan ketatnya penjagaan atau canpur tangan aparat kepolisian sehingga suasana seolah mencekam. Untuk itu, kata Edi, semuanya harus menjadi perhatian semua pihak, terutama soal penurunan yang tajam. Bila tidak, momentum pembelajaran pasca-UN akan lewat begitu saja.

Lebih lanjut, dia menambahkan, standardisasi melalui UN tidak hanya menghancurkan kinerja profesional guru, tetapi menurunkan moral pendidik, selain melahirkan kultur jalan pintas dan mekanisme yang mengurangi makna pendidikan menjadi sekadar lulus UN.

Di bagian lain pendapatnya, Edi menandaskan bahwa dengan fakta-fakta yang terjadi sekarang, UN hanya akan melanggengkan ketimpangan sosial karena sekolah papan atas, meski tidak mendapat banyak manfaat atas UN, akan semakin bertengger di atas. Sementara murid-murid di sekolah tidak bermutu, miskin, dengan tenaga pengajar pas-pasan, dan sarana minim akan semakin tersingkir. Ia khawatir siswa sekolah "pinggiran" akan menjadi tumbal tahunan gegap gempita UN. Situasi ini pada gilirannya akan menghancurkan kecerdasan kolektif yang dibutuhkan dalam persaingan global. "Ini membuktikan kalau semua yang terjadi merupakan cambuk dan bahan evaluasi bagi Diknas. Ternyata pendidikan belum bisa disamaratakan," kata Edi Sugandi.

Menurut dia, tugas pemerintahlah untuk menyempurnakan kebijakan pendidikan yang belum selesai. Tenggelam dalam persentase kelulusan tanpa mengkritisi kebijakan UN yang cacat secara mendasar dan kontraproduktif bagi pendidikan, maupun membiarkan korban UN berjatuhan setiap tahun merupakan perilaku kebijakan pendidikan yang tidak bertanggung jawab.

Di lain pihak, Kasubdin Menengah Diknas Subang, Drs. H. Triharjanto mengaku kaget dengan data yang diterima hingga pihaknya berusaha mengecek kembali hasil UN beberapa kali, baik ke Jakarta maupun provinsi. "Hasilnya tetap jeblok. Namun persoalannya, pihak dinas tidak bisa serta-merta masuk ke sekolah swasta karena ada batas. Kita hanya bisa memberikan hal-hal teknis berbeda terhadap sekolah negeri," kata dia. Ia pun menyayangkan, ketidaklulusan terbanyak itu berasal dari sekolah yang dijagokan dan berharap ke depan akan ada perubahan.

Bagi siswa yang tidak lulus UN, baik dari tingkat SMA/K dan SMP, kata Kadisdik Kab. Subang, H. Makmur Sutisna W.D., M.M.Pd. akan diikutsertakan pada ujian nasional pendidikan kesetaraan ( UNPK) atau Paket C setara SMA yang akan dimulai periode I, 24-27 Juni 2008. "Jumlah yang mengikuti UNPK dari siswa yang tidak lulus UN dan yang mengulang seluruhnya 343 orang," kata Makmur dan tidak menyebutkan seluruh peserta UNPK yang berasal dari PKB atau pendidikan luar sekolah lainnya.

Ketua FAGI, Edi, mengkhawatirkan pula siswa yang mengikuti UNPK tidak dapat mengejar waktu pendaftaran ke perguruan tinggi. Namun, Ketua Yayasan Kutawaringin, H. Komir Bastaman, M.Si. berharap siswa yang mengikuti UNPK tenang karena bila akan melanjutkan ke perguruan tinggi di Subang pun, pihaknya siap menerima.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Tulisan

Bisnis Internet | Bisnis Online | Uang dari Internet |  Duit gratis | komisi 80%
Pulsa Gratis | Pulsa Murah | Pulsa Handphone | Isi Pulsa


Masukkan Code ini K1-36DCA9-9
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Followers