PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH

1. Kepemimpinan
Howard H. Hoyt seperti dikutip Kartini Kartono (2004: 57) mendefinisikan kepemimpinan sebagai seni untuk mempengaruhi tingkah laku manusia dan kemampuan membimbing orang. Robbins (2002: 163) menjelaskan bahwa kepe-mimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk men-capai suatu tujuan. Cribbins (1985:12) mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan memperoleh konsensus dan keikatan pada sasaran bersama, melam-paui konsensus-syarat organisasi, yang dicapai dengan pengalaman sumbangan dan kepuasan di pihak kelompok kerja. Widjaya menyatakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi yang dapat dilepaskan dari posisi di dalam struktur organisasi formal (1985: 25). Ralph M. Stogdill (dalam Siswanto, 1990: 177) memberikan definisi kepemimpinan sebagai sebuah proses pengarahan dan mempengaruhi aktivitas yang dihubungkan dengan tugas dari para anggota kelompok.
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga unsur dalam kepemimpinan yaitu (a) pengikut/followership, (b) tujuan yang akan dicapai, dan (c) tindakan mempengaruhi.
Pandangan bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok yang kemudian disebut bawahan/pengikut untuk mencapai tujuan tertentujuga sesuai dengan pendapat Siswanto (1990: 177) yang menyatakan bahwa dalam pembahasan tentang pengertian kepemimpinan terdapat tiga hal yang perlu mendapatkan perhatian. Ketiga hal tersebut adalah (a) kepemimpinan harus melibatkan orang lain atau bawahan, (b) kepemimpinan mencakup distribusi otoritas yang tidak mungkin seimbang antara pimpinan dan bawahan, serta (c) kepemimpinan harus mampu mempengaruhi bawahan.
a. Kepemimpinan harus melibatkan orang lain atau bawahan
Hal ini disebabkan kesanggupan mereka untuk menerima pengarahan dari pimpinan, para bawahan membantu menegaskan eksistensi pimpinan, dan memungkinkan terjadinya proses kepemimpinan.
b. Kepemimpinan mencakup distribusi otoritas yang tidak mungkin seimbang di antara pimpinan dan bawahan
Pimpinan mempunyai otoritas untuk mengarahkan beberapa aktivitas bawahan yang tidak mungkin dilakukan dengan cara yang sama untuk menga-rahkan pimpinan. Artinya, pemimpin berhak memerintah atau memberi tugas pada bawahan, tetapi bawahan tidak berhak melakukannya.
c. Harus mampu mempengaruhi bawahan
Di samping secara legal mampu memberikan perintah atau pengarahan pada bawahan, seorang pemimpin juga dapat mempengaruhi bawahannya dengan berbagai sifat kepemimpinannya.
Untuk mampu menjalankan peranan kepemimpinan seseorang harus memenuhi berbagai kriteria seorang pemimpin. Lebih lanjut R.L Kahn (dalam Anoraga, 2001: 3) menyebutkan bahwa seseorang disebut sebagai pemimpin yang baik apabila ia dapat (a) memberikan kepuasan terhadap kebutuhan langsung para bawahannya, (b) menyusun jalur pencapaian tujuan, (c) menghilangkan hambatan-hambatan dalam mencapai tujuan, dan (d) mengubah tujuan individual karyawan sehingga tujuan mereka bisa berguna secara organisatoris.
Meskipun seseorang telah memiliki syarat untuk menjadi pemimpin yang baik, namun dalam praktiknya untuk mencapai tujuan organisasi, seorang pemimpin harus mendapat dukungan dari bawahan atau karyawannya. Apabila bawahan atau karyawan menghargai atau respek terhadap pemimpinnya maka mereka akan mengikuti pengarahan pemimpinnya dengan gembira dan kooperatif.


2. Kepemimpinan Kepala Sekolah
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam manajemen berbasis sekolah. Sebagai pemimpin di sekolah, kepala sekolah harus mampu menggerakkan seluruh sumber daya manusia untuk dapat bekerja secara maksimal agar dapat mencapai tujuan sekolah secara efisien.
Kepemimpinan yang diterapkan kepala sekolah sebagai pimpinan mem-punyai tanggung jawab untuk mengorganisasikan orang-orang, tugas-tugas, dan program-program yang ada di sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah. Gorton (1997) menyatakan bahwa kepemimpinan kepala sekolah merupakan elemen kunci bagi keberhasilan sekolah. Dengan kata lain kepemimpinan menjadi faktor yang sangat penting dan menetukan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya.
Di negara maju kepala sekolah mendapat sebutan bermacam- macam. Ada yang menyebut guru kepala (head-teacher atau head-master), kepala sekolah (principal), kepala sekolah pensupervisi (supervising principal), direktur (director), administrator (administrator), pemimpin pendidikan (educational leadership) menurut Gorton (1976); Champbell, dkk, (1977); Blumberg & Greenfield (1980); Sergiovani (1987); Sergiovani & Elliot (1975); Dubin (1991); Cuolso dalam saran (1990); dalam Arifin ,I, (1998). Penyebutan yang berbeda ini menurut Wahjosumidjo (1997) disebabkan adanya kriteria yang mempersyaratkan kompetensi profesional kepala sekolah. Sebagai administrator, kepala sekolah harus mampu mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai manajer, kepala sekolah harus mampu bekerja bersama dan melalui orang lain dalam organisasi di sekolah. Sebagai pimpinan pendidikan kepala sekolah harus mampu menggerakkan semua potensi manusia untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Sebagai supervisor kepala sekolah wajib membantu guru meningkatkan kapasitasnya untuk membelajarkan murid secara optimal.
Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik, karena itu memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dan sesuai dengan ciri-ciri tersebut maka tugas dan fungsi kepala sekolah seharusnya dilihat dari berbagai sudut pandang. Dari sisi tertentu kepala sekolah dapat dipandang sebagai pejabat formal, dari sisi lain kepala sekolah juga berperan sebagai manajer, sebagai pemimpin, sebagai pendidik dan sebagai staf menurut Wahjosumidjo (1999).
Sebagai pejabat formal, kepala sekolah mempunyai tanggung jawab terhadap bawahan untuk menciptakan hubungan yang sebaik-baiknya dengan para guru, staf dan siswa, sebab esensi kepemimpinan adalah kepengikutan. Sebagai manajer, kepala sekolah pada hakikatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang pengendali. Menurut Stoner dalam Wahjosumidjo (1999) ada delapan fungsi yang perlu dilaksanakan para manager dalam suatu organisasi, yaitu : (a). bekerja dengan dan melalui orang lain, (b). bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan (c). dengan waktu dan sumber yang terbatas mampu menghadapi persoalan (d). berpikir secara realistik dan konseptual, (e). adalah juru penengah, (f) adalah seorang politisi, (g) adalah seorang diplomat, dan (h) pengambil keputusan yang sulit.
Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mendorong timbulnya kemauan yang kuat dan percaya diri pada guru, staf, siswa dalam melaksanakan tugas masing-masing dan memberi bimbingan, pengarahan kepada para guru, staf, maupun para siswa serta berdiri di depan demi kemajuan sekolah dan tercapainya tujuan. Kepala Sekolah sebagai pendidik harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan minimal empat macam nilai yaitu mental, moral, fisik dan artistik. Kepala sekolah sebagai staf, berarti kebe-radaannya di dalam lingkungan organisasi yang lebih luas berada di bawah kepemimpinan pejabat lain, baik langsung maupun tidak langsung, yang berperan sebagai atasan kepala sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan dari sekolahnya, seorang kepala sekolah mengorganisasikan sekolah dan personil yang bekerja di dalamnya ke dalam suatu situasi yang efisien, demokratis dan kerja sama institusional yang tergantung keahlian para pekerja. Di bawah kepemimpinannya, program pendidikan untuk para murid harus direncanakan, diorganisasikan, dan ditata. Dalam pelaksanaannya program kepala sekolah yang baik harus dapat memimpin secara profesi para staf pengajar, bekerja secara ilmiah, penuh perhatian dan demokratis, dengan menekankan pada perbaikan belajar mengajar, dimana sebagian besar kreativitas akan dicurahkan untuk perbaikan pendidikan.


3. Ciri Kepemimpinan Kepala Sekolah yang Efektif
Keefektivan kepemimpinan kepala sekolah dapat diukur dari seberapa produktif dan efektifnya kepemimpinan yang dilakukannya dalam mencapai tujuan. Keefektivan tersebut terlihat dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan.
Sergiovanni (dalam Mulyasa,2007: 85) mengidentifikasikan ciri kepe-mimpinan kepala sekolah yang efektif adalah (a) Produktivitas; bagaimana peserta didik, guru, kelompok, dan sekolah pada umumnya mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (b) Efisiensi; perbandingan individu dan prestasi sekolah dengan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut; (c) Kulitas; tingkat dan kualitas usaha, tujuan, jasa, hasil, dan kemampuan yang dihasilkan oleh peserta didik dan sekolah; (d) Pertumbuhan; perbaikan kualitas kepedulian dan inovasi, tantangan, dan prestasi dibandingkan dengan kondisi masa lalu; (e) Ketidakhadiran; yang berkaitan dengan jumlah waktu dan frekuensi ketidakhadiran para peserta didik, guru, dan pegawai sekolah lainnya; (f) Perpindahan; jumlah perpindahan dan tetapnya peserta didik, kepala sekolah, dan pegawai lainnya; (g) Kepuasan kerja guru; bagaimana tingkat kesenangan yang dirasakan guru terhadap berbagai pekerjaannya yang dilakukannya; (h) Kepuasan peserta didik; bagaimana peserta didik merasa senang menerima pelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan; (i) Motivasi; Kekuatan, kecenderungan dan keinginan guru, peserta didik, atau pekerja sekolah untuk melibatkan diri dalam kegiatan atau pekerjaan sekolah. Hal tersebut bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan kesediaan atau kerelaan bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan atau sekolah; (j) Semangat; perasaan senang guru, peserta didik, dan personil sekolah lain terhadap sekolahnya, tradisi-tradisinya, tujuan-tujuannya, sehingga mereka merasa bahagia menjadi bagian atau anggota sekolah; (k) Kepaduan; bagaimna peserta didik dan guru-guru saling menyukai satu sama lain, bekerja sama dengan baik, berkomunkasi secara penuh dan terbuka, serta mengkoordinasikan usaha-usaha mereka; (l) Keluwesan dan adaptasi; kemampuan sekolah untuk mengubah prosedur dan cara-cara operasinya dalam merespons perubahan masyarakat dan lingkungan lainnya; (m) Perencanaan dan perumusan tujuan; bagaimana anggota sekolah merencanakan langkah-langkah pada masa yang akan datang dan menghubungkannya dengan perumusan dan penetapan tujuan; (n) Konsensus tujuan; bagaimana anggota masyarakat orang tua, dan peserta didik menyepakati tujuan yang sama di sekolah; (o) Internalisasi tujuan organisasi; penerimaan terhadap tujuan sekolah dan keyakinan para orang tua, guru, dan peserta didik bahwa tujuan sekolah itu benar dan layak; (p) Keahlian manajemen dan kepemimpinan; keseluruhan tingkat kemampuan kepala sekolah, supervisor, dan pemimpin lainnya dalam melaksanakan tugas-tugas sekolah; (q) Manajemen informasi dan komunikasi; kelengkapan, efisiensi, penyebaran, dan akurasi dari informasi dipandang penting bagi keefektifan sekolah oleh semua bagian yang berkepentingan termasuk guru, orang tua, dan masyarakat luas; (r) Kesiagaan; penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa sekolah mampu menyelesaikan sesuatu tugas khusus atau mencapai beberapa tujuan khusus dengan baik jika diminta; (s) Pemanfaatan lingkungan; bagaimana sekolah berhasil berinteraksi dengan masyarakat, lingkungannya yang lain, serta memperoleh dukungan dan sumber daya yang langka dan berharga yang diperlukan untuk operasi yang efektif, (t) Penilaian oleh pihak luar; penilaian yang layak mengenai sekolah oleh individu, organisasi, dan kelompok dalam masyarakat yang berhubungan dengan sekolah; (u) Stabilitas; kemampuan sekolah untuk memelihara struktur, fungsi, dan sumber daya, sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit; (v)Penyebaran pengaruh; tingkat partisipasi individu dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi mereka secara langsung; (w) Latihan dan pengembangan; jumlah usaha dan sumber-sumber daya sekolah yang diperuntukkan bagi pengembangan bakat dan kemampuan guru, serta pegawai lannya.


4. Perilaku Kepemimpinan
Studi tentang kepemimpinan dengan menggunakan pendekatan perilaku kepemimpinan tidak digunakan untuk mencari jawaban tentang sifat-sifat pemimpin, tetapi untuk menentukan apa yang dilakukan oleh pemimpin yang efektif, bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi, bagaimana mereka menjalankan tugasnya, dan sebagainya (Handoko, 1999). Handoko juga menambahkan bahwa pendekatan perilaku kepemimpinan memusatkan perhatiannya pada dua aspek yaitu (a) fungsi-fungsi kepemimpinan, dan (b) gaya-gaya kepemimpinan.
a. Fungsi-fungsi Kepemimpinan
Agar organisasi dapat berjalan secara efektif, maka seorang pemimpin harus melaksanakan dua fungsi utamanya yaitu fungsi yang berhubungan dengan tugas (task oriented) dan fungsi pemeliharaan kelompok.
Yukl (2007) menyebutkan bahwa perilaku kepemimpinan yang efektif akan melibatkan tiga perhatian atau tujuan berikut ini.
1) Berorientasi tugas. Jenis perilaku ini terutama memperhatikan penyelesaian tugas, menggunakan personil dan sumber daya secara efisien, dan menyelenggarakan operasi yang teratur dan dapat diandalkan.
2) Berorientasi hubungan. Jenis perilaku ini terutama memperhatikan perbaikan hubungan dan membantu orang, meningkatkan kooperasi dan kerja tim, meningkatkan kepuasan kerja, dan membangun identifikasi dengan organisasi.
3) Berorientasi perubahan. Jenis perilaku ini terutama memperhatikan perbaikan keputusan strategis, beradaptasi terhadap perilaku lingkungan, meningkatkan fleksibilitas dan inovasi, membut perubahan besar di bidang proses, produk, dan jasa, dan mendapatkan komitmen terhadap perubahan.

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Tulisan

Bisnis Internet | Bisnis Online | Uang dari Internet |  Duit gratis | komisi 80%
Pulsa Gratis | Pulsa Murah | Pulsa Handphone | Isi Pulsa


Masukkan Code ini K1-36DCA9-9
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Followers