Tantangan-tantangan Pendidikan di Masa Mendatang

Saat ini kita telah memasuki abad ke-21. sebagaimana disebut banyak orang, abad ke-21 adalah milenium baru yang akan membawa kita ke arah dunia yang semakin kompleks dan saling ketergantungan (interdependence). Dikatakan juga bahwa perubahan yang akan terjadi dalam bentuk nonlinear, tidak bersambung (discontinuons) dan tidak bisa diramalkan. Masa depan merupakan suatu ketidaksinambungan (a series of discontinuities). Kita memerlukan pemikiran ulang dan rekayasa ulang (reengineering) terhadap masa depan tersebut. Kita harus berani meningggalkan pemikiran dan cara-cara lama yang kurang cocok dan tidak produktif. Kesemua pernyataan tersebut menggambarkan kekhawatiran dunia akan kekurangan kita dan juga merupakan dorongan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi globalisasi.
Sekarang ini dunia telah berada dalam kesepakatan bahwa abad 21 diselimuti oleh alam perdagangan bebas dan globalisasi, di mana kompetisi antar individu, antar Negara dan antar usaha akan semakin tajam. Demikian pula keterbukaan, demokrasi, masalah hak-hak manusia (HAM), hak atas kekayaan intelektual (HAKI), dan masalah lingkungan hidup akan menjadi agenda pokok di abad 21. perdagangan bebas, yang secara formal telah diratifikasi dalam AFTA (2010) dan APEC (2020) akan mengarahkan umat manusia pada ketentuan-ketentuan bekerjanya mekanisme pasar. Globalisasi juga diartikan batas Negara dapat dikatakan hampir tidak ada; globalisasi disebut pula era informasi dan keterbukaan, era liberalisasi, pasar bebas dan kompetisi global. Juga era kerja sama regional dan global.

Timbulnya kelompok-kelompok perdagangan antar Negara yang cenderung menerapkan diskriminasi perdagangan bagi anggota seperti Negara-negara Amerika Utara membentuk North America Free Trade Area (NAFTA), Negara-negara Eropa telah membentuk pasar bersama Eropa (European Economic Community – EEC), dan negara ASEAN telah pula membentuk Asean Free Trade Area (AFTA), dan Negara-negara Asia Pasifik telah pula membentuk Asean Pasific Economy Corporation (APEC). Walaupun demikian pada dasarnya semua Negara tersebut tetap ingin menjaga kepentingan nasional masing-masing.

Meskipun globalisasi menciptakan kecenderungan untuk peningkatan kerjasama internasional dan regional, ternyata kepentingan nasional setiap bangsa masih tetap kuat juga. Dalam era persaingan ini setiap Negara berusaha mewujudkan kemakmuran ekonomi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang menyebabkan perubahan ekonomi masyarakat, perubahan tata kehidupan dan prilaku manusia. Dimana manusia makin cerdas, professional dan trampil mengolah alam dan lingkungan hidup bagi kebutuhan hidupnya. Namun tanpa disadari telah muncul pula penurunan kualitas kepribadian manusia. Bersamaan dengan ikut kepentingan nasional sebaik-baiknya melalui berbagai cara antra lain melalui jalur diplomasi, dengan kekuatan ekonomi atau militer, bahkan juga kebudayaan menjadi sarana yang penting. Walaupun persaingan tersebut lebih berbobot ekonomi, namun kesemuanya ditentukan oleh dukungan kekuatan dan kemampuan SDM Negara itu sendiri. Oleh karena itu persaingan antar bangsa, banyak sekali ditentukan oleh keberhasilan mereka menciptakan kekuatan dan kemampuan manusia dan masyarakat, baik dalam arti spiritual, mental, intelektual, teknologi maupun fisik. Oleh karena itu pendidikan, budaya, ikut terlibat dalam persaingan tersebut.

Globalisasi yang telah membawa kemakmuran ekonomi dan kemajuan iptek, telah pula membawa dampak krisis spiritual dan kepribadian, sehingga lebih memunculkan kesenjangan dan kekerasan social, ketidak adilan dan demokrasi. Sementara itu madrasah yang selama ini lebih menitikberatkan kepribadian, dianggap kurang berhasil dalam meningkatkan kecerdasan, keterampilan dan profesionalisme. Tantangan inilah yang dihadapi madrasah memasuki abad ke-21. Bagaimana agar SDM yang disiapkan madrasah berkualitas dan mampu bersaing, yang ditandai dengan lulusan madrasah yang cerdas, trampil, professional dan berkepribadian (berakhlak/bermoral).

Demikian juga isu demokratisasi dan liberalisasi telah dan akan menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Islam. Sehingga hal ini harus benar-benar disikapi secara benar dan tepat, agar tujuan pendidikan Islam senatiasa terjaga yaitu untuk membimbing umat manusia agar menjadi hamba yang bertaqwa kepada Allah yakni dengan cara melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan ketulusan hati
0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Tulisan

Bisnis Internet | Bisnis Online | Uang dari Internet |  Duit gratis | komisi 80%
Pulsa Gratis | Pulsa Murah | Pulsa Handphone | Isi Pulsa


Masukkan Code ini K1-36DCA9-9
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Followers