Dua Mahasiswa UI Temukan Teknologi Ubah Suara Jadi Tulisan

Sadar Baskoro dan Amalia Zahria pa­ham betul bahwa teknologi informasi akan semakin lengket dengan kehidup­an manusia. Itu pula yang melatarbelaka­ngi mereka untuk mengembangkan ha­sil penelitian terbarunya.

Menurut mereka, teknologi yang bi­sa mengenali suara manusia dan mengu­bah­nya dalam bentuk teks sebenarnya su­dah ada. Namanya sistem pengenal sua­ra otomatis (SPSO/speech recognition). ''Tapi, tidak dalam bentuk baha­sa Indonesia. Karena itu, kami me­ngem­bangkannya. Ke depan, kami ingin me­ngembangkan bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, maupun Batak,'' je­las Sadar.

Sejatinya, penelitian itu merupakan ba­gian dari tugas akhir kedua mahasis­wa tersebut. Ketika itu, penelitian terse­but masih berupa konsep. Beberapa bu­lan kemudian, mereka mulai me­ngem­bangkan konsep itu dengan mengapli­kasikan secara riil sistem pengenal suara tersebut.

Dia menyebutkan, tujuan penelitian itu adalah meneliti lebih lanjut berbagai kom­ponen pada sistem pengenal suara. Con­tohnya, kamus fonetik, model akustik, dan bahasa.

Sadar lantas memeragakan kinerja sis­tem tersebut. Dia membuka aplikasi sistem itu. Kemudian, di layar kompu­ter muncul aplikasi program SPSO de­ngan beberapa menu. Dia mengeklik menu record (perekam). Lantas, dia ber­ucap, ''Ingin makan nasi goreng'' di depan speaker yang merupakan bagian dari perangkat sistem tersebut.

Hanya beberapa detik setelah itu, ke­luarlah teks saya makan nasi goreng di monitor komputer. Teks yang keluar persis dengan yang dia ucapkan.

Menurut Sadar, semakin banyak data sua­ra yang dimasukkan, semakin tinggi akurasi teks yang dihasilkan. Dengan demikian, peran keyboard tidak di­perlukan lagi. ''Cukup mengatakan apa yang ingin Anda sampaikan, teksnya akan keluar sendiri,'' tuturnya.

Menurut dia, program tersebut memang ber­tolak belakang dengan sistem yang su­dah dikembangkan bagi penderita tu­nanetra. Sistem yang digunakan untuk tunanetra justru menghasilkan bunyi ketika tuts keyboard dipencet. Suara yang keluar menjadi sinyal bagi user agar tidak salah mengetik huruf. Sebaliknya, sistem yang dikembangkan Sadar dan Amalia itu menghasilkan teks berupa tulisan.

Sadar menjelaskan, metodologi penelitian tersebut menggunakan sistem pe­ngolahan korpus suara dan teks. Teks diolah sedemikian rupa, sehingga tak ha­nya menghasilkan bunyi, tapi juga ta­tanan bahasa. Artinya, kata dia, output teks yang keluar otomatis sudah se­suai tatanan bahasa Indonesia.

Melalui sistem pengolahan tersebut, dihasilkan sistem pengenal suara bahasa Indonesia. Eksperimen yang dipakai untuk menghasilkan tulisan menggunakan suara manusia. Selain bisa berbicara langsung di depan speaker, data suara bisa diperoleh melalui rekaman telepon maupun radio. ''Dengan demikian, kita bisa meninggalkan pesan dalam bentuk teks,'' tuturnya.

Melalui penemuan itu, komputer bisa menghasilkan 181.500 kata. Cukup besar untuk meninggalkan pesan panjang atau membuat sebuah tulisan.

Untuk mengerjakan aplikasi SPSO tersebut, Sadar dan Amalia harus bekerja cukup keras. Sebab, akurasi teks yang dihasilkan awalnya tidak seakurat hasil yang ada saat ini. ''Membutuhkan beberapa kali percobaan. Namun, untunglah hasilnya cukup memuaskan,'' ujarnya. Sadar bersama rekannya ingin mengembangkan penelitian tersebut lebih lanjut.

Lantaran cukup berhasil, Sadar dan Amalia diminta Depdiknas untuk mengembangkan beberapa penelitian sistem suara. Salah satunya, sebuah penelitian untuk membantu kinerja KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi). Kendati demikian, Sadar belum mau membeberkan bentuk penelitian yang akan dikerjakan. (nw)
0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Tulisan

Bisnis Internet | Bisnis Online | Uang dari Internet |  Duit gratis | komisi 80%
Pulsa Gratis | Pulsa Murah | Pulsa Handphone | Isi Pulsa


Masukkan Code ini K1-36DCA9-9
untuk berbelanja di KutuKutuBuku.com

Followers